Minggu, 24 Mei 2009

Makalah Diplomasi


BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang


Permasalahan yang di hadapi oleh Negara-Negara di dunia ini bukan hanya terpaku pada masalah keamanan dan pertahanan Negara saja, namun terdapat satu masalah penting yang sedang dihadapi dan juga merupakan satu masalah yang menentukan berlangsungnya kehidupan suatu Negara yaitu permasalahan ekonomi.

Permasalahan ekonomi sebenarnya sudah menjadi satu isu yang telah di prediksikan oleh tokoh-tokoh internasional dari berbagai Negara sebagai satu isu yang nantinya akan mencuat. Hal ini pun yang kemudian mendorong para pemimpin dunia untuk membuat sebuah badan yang dapat menampung serta membantu Negara- Negara yang sedang memiliki permasalahan ekonomi. Realisasi dari rasa ketakutan itu dilaksanakan pada saat para kepala Negara yang terdiri dari empat puluh Negara bertemu dan berunding di Bretton Woods, New Hampshire, Amerika Serikat yang kemudian membuahkan sebuah lembaga yang bergerak dalam bidang keuangan yaitu International Monetery Fund (IMF).


Dalam menghadapi gejolak ekonomi yang berkembang di dunia Internasional IMF tidak bekerja sendiri namun juga dibantu dan didorong oleh perwakilan- perwakilan Negara di dunia yang memiliki posisi penting di dalam perekonomian internasional. Pada mulanya Negara- Negara kapital ataupun Negara-negara industri maju mendeklarasikan diri kedalam sebuah forum yang bernama Group 7/ G7. Tercetusnya nama ini karena terdapat tujuh Negara yang bernaung didalamnya yaitu Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Italia dan Amerika Serikat. Namun pada kenyataannya Negara-Negara maju yang tergabung dalam forum G7, itu saja tidak cukup untuk menangani kompleksnya masalah yang dihadapi pada perekonomian internasional.


Pada 25 September kemudian dibentuklah sebuah forum yang menaungi Negara- Negara maju dan berkembang untuk menangani masalah perekonomian internasional. Forum G20 (group 20) lahir sebagai kepanjangan tangan dari G7 yang beranggotakan Argentina, Japan, Australia, Korea, Brazil, Mexico, Canada, Rusia, China, Saudi Arabia, France, South Africa, Germany, Turkey, India, United Kingdom, Indonesia, United States, Italia, Uni Eropa.


Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok Duapuluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Pertemuan perdana G-20 berlangsung di Berlin, 15-16 Desember 1999 dengan tuan rumah menteri keuangan Jerman dan Kanada.


Latar belakang pembentukan forum ini berawal dari terjadinya Krisis Keuangan 1998 dan pendapat yang muncul pada forum G-7 mengenai kurang efektifnya pertemuan itu bila tidak melibatkan kekuatan-kekuatan ekonomi lain agar keputusan-keputusan yang mereka buat memiliki pengaruh yang lebih besar dan mendengarkan kepentingan-kepentingan yang barangkali tidak tercakup dalam kelompok kecil itu. Kelompok ini menghimpun hampir 90% GNP dunia, 80% total perdagangan dunia dan dua per tiga penduduk dunia.


Munculnya krisis global pada tahun 2009 ini menjadi salah satu tantangan dan pekerjaan rumah bagi IMF , G7 maupun G20. Berbagai sector ekonomi terkena dampak dari krisis global ini oleh karena itu disinilah saatnya forum- forum ekonomi Internasional tersebut dan G20 khususnya memberi kontribusi serta menjalankan hakikat dari fungsi berdirinya forum-forum tersebut.


1.2 Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam analisis masalah dalam makalah guna memperjelas materi ini adalah :

  1. Apa dampak-dampak yang terjadi akibat krisis global pada keuangan dunia ?
  2. Bagaimana reaksi dan peran Negara-negara G20 dalam menghadapi krisis global yang mencuat pada tahun 2009 ?
  3. Sebutkan hasil dari pertemuan the London summit ?


1.3 Kerangka Pemikiran

1.1.1 Konsep globalisasi(economy growth for all)

Dalam era globalisasi sekarang ini kepentingan suatu bangsa tidak bisa dicapai dengan tangan sendiri namun pada era ini, kinerja yang digunakan untuk mencapai suatu kepentingan lebih kepada kerjasama, baik itu bilateral maupun mulilateral. Kepentingan ekonomi yang diperjuangkan oleh Negara-Negara di dunia pun begitu adanya. Koalisi-koalisi sengaja dibentuk sebagai sarana yang bertujuan untuk mempermudah jalannya pencapaian kepentingan masing-masing Negara dalam hal ekonomi.


Masalah yang di hadapi pada awal tahun 2009 ini sesungguhnya bisa dikatakan sebagai gagalnya sistem kapitalisme yang berlaku di dunia Internasional pada saat ini. Ekonom terkemuka Karl Max yang sangat menentang sistem kapitalisme ini pun sesungguhnya telah meramalkan keadaan dimana sistem kapitalisme tidak berjalan dengan baik. Salah satu realisasi atas keyakinan Karl Max itu dapat di lihat dari kritik yang dikeluarkannya terhadap paham kapitalisme pasar bebas dan paham membri andil reformasi sosial di masyarakat Barat sampai abad 20. Implikasi dari hal itu yaitu dengan terjadinya depresi besar di Amerika serikat pada tahun 1930 dan kini hal serupa pun terjadi lagi pada tahun 2008.


Gagalnya sistem kapitalisme membuat Negara-negara menyatukan kepentingannya dan bergabung untuk mencapai kepentingan bersama. Hal ini pula seperti apa yang telah dikatakan oleh ekonom John Maynard; beliau menulis tentang peran Negara terhadap menejemen ekonomi dunia, dimana pemerintah menentukan kesejahteraan ekonomi dan sosial melalui redistribusi pendataan maupun kebijakan fiscal dan moneter. Oleh karena itu, kerjasama ekonomi yang dilakukan oleh Negara- Negara menjadi tren pada saat ini. prinsip dan paduan yang mereka gunakan dalam hal ini yaitu economy growth for all yang berarti bahwa ketika mereka bersama-sama bekerja keras untuk mewujudkan kemajuan di bidang ekonomi maka kemajuan pun akan didapatkan oleh koloni mereka yang berada pada satu paying organisasi.


BAB II

ISI



2.1 Sejarah Dan Tujuan G20


Pemimpin G20 bertemu pertama kali working dinner tanggal 14 November 2008. Selanjutnya, rapat kerja di Washington National Building Museum tanggal 15 November 2008. Pertemuan tersebut dinamakan “Summit on Financial Markets and the World Economy.” Pertemuan tersebut membahas ekonomi global dan concern terhadap penanggulangan keuangan dunia akibat krisis global.


Group 20/ G20 berdiri pada decade 90an paska terjadinya krisis finansial di Asia. Awal mula terbentuknya G0 ini sendiri yaitu ketika Negara- Negara maju yang tergabung dalam Group 7/ G7 yang telah berdiri terlebih dahulu merasa tidak mampu untuk menangani dinamika perekonomian internasional tanpa dibantu oleh Negara-Negara berkembang. Pada tanggal 25 September 1999 tepatnya pada saat pertemuan para menteri keuangan dan Gubernur BANK Sentral G7 di Washington dideklarasikanlah suatu forum yang menaungi Negara-negara industi maju dan Negara-Negara berkembang untuk memecahkan dan menangani dinamika ekonomi Internasional. Negara-Negara yang tergabung didalamnya yaitu: Argentina, Australia, Brazil, Kanada, Cina, Francis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, AS dan Uni Eropa.


G-20 lebih banyak menjadi ajang konsultasi dan kerjasama hal-hal yang berkaitan dengan sistem moneter internasional.Terdapat pertemuan yang teratur untuk mengkaji, meninjau, dan mendorong diskusi diantara negara industri maju dan sedang berkembang terkemuka mengenai kebijakan-kebijakan yang mengarah pada stabilitas keuangan internasional dan mencari upaya-upaya pemecahan masalah.


Jenis organisasi ini adalah sebuah organisasi yang berkarakterkan Forum konsultasi. Adapun tujuannya adalah "Mewadahi negara-negara industri dan berkembang secara bersama-sama mendiskusikan berbagai masalah kunci dibidang ekonomi dunia."


Kantor pusat G20 ini berpindah-pindah berikut penjelasannya. Pertemuan G-20/G-20 Summits of Financial Ministers diadakan setahun sekali di negara yang menjadi anggota G-20. Pertemuan G-20 pertama kali diadakan di Berlin, Jerman tahun 1999. Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan G-20 pada tahun 2013.


Meskipun secara umum G20 mempunyai tujuan untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi internasional ketika Negara-Negara G7 tidak dapat menemukan jalan keluarnya, namun sesungguhnya forum Negara maju dan berkembang ini juga memiliki tujuan-tujuan khusus. G20 memiliki dua tujuan khusus dalam menghadapi dinamika politik internasional yaitu: 1. G-20 merupakan suatu mekanisme atau forum konsultasi informal antara negara maju (G-7) dan negara berkembang (emerging markets) dalam kerangka Bretton Woods, guna meningkatkan stabilitas keuangan internasional serta mencapai konsensus dalam berbagai isu internasional, terutama pasca krisis keuangan Asia tahun 1998. 2. G-20 menggabungkan pendapat dari pembuat kebijakan ekonomi negara-negara yang penting yang mewakili lebih dari 85% GDP dunia dan lebih dari 60% populasi dunia. Keputusan yang dihasilkan G-20 dalam perkembangannya selalu menjadi acuan kebijakan lembaga-lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia (total kuota anggota G-20 menguasai lebih dari 70% total kuota IMF).


Dalam mengimplementasikan tujuan yang dimilikinya G20 mengadakan pertemuan tahunan secara rutin dengan negara-negara anggotanya (bisa berupa negara observer yang telah memiliki perijinan) yang dalam hal ini dilakukan dalam bentuk Deputies Meeting yang waktunya dialokasikan pada bulan April atau Oktober selain itu juga diadakannya Ministerial Meeting yang diselenggarakan setiap bulan November. Pertemuan pemimpin dari wakil-wakil negara dari forum G20 ini sendiri untuk pertama kali terjadi pada 14 November 2008 yang dikemas dalam acara makan malam yang kemudian dilanjutkan dengan pertemuan resmi yang bertempat di Musium Nasional, Washington, Amerika Serikat keesokan harinya pada tanggal 15 November 2008. Pertemuan ini disebut sebagai “Summit on Financial Markets and the World Economy.” Masalah perekonomian global dibahas dalam forum ini dan kemudian menghasilkan sebuah keseakatan bahwasanya pertemuan ini akan dilanjutkan di London pada tanggal 2 April 2009 dimana dalam forum ini akan lebih spesifik membahas isu krisis global.


2.2 London Summit (2-4 April 2009)

Sebelum merealisasikan kesepakatan yang dihasilkan pada pertemuan para pemimpin G20 sebelumnya bahwa akan di adakannya pertemuan lanjutan yang akan bertempat di London, para pemimpin dari Negara- Negara G7 berkumpul untuk terlebih dahulu membicarakan masalah krisis global. Negara- Negara G7 yang di dalamnya beranggotakan Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Jepang, Italia dan Amerika Serikat berkumpul di Washington berkumpul yang pada akhirnya menghasilkan satu kesepakatan yaitu “bahwa agar segera di lakuakan reforasi sistem finansial”. Namun, kesepakatan itu pun masih merupakan satu wacana karena Negara- Negara anggota G7 pun menyebutkan bahwa hasil keputusan itu akan di uji efektifitasnya dalam pertemuan Negara- negare G20 yang akanberlangsung pada bulan April 2009 di London. Dalam kesepakatan ini pula Negara- Negara G7 menyatakan akan pentingnya peran Negara- Negara berkembang dalam menghadapi permasalahan ekonomi internasional berupa krisis global.


Secara umum rencana yang akan di lakukan oleh Negara- Negara G20 dalam upayanya untuk mengatasi masalah krisis global adalah dengan menstimulasi pertumbuhan perekonomian serta membuka kembali lapangan pekerjaan. Para menteri keuangan dari perwakilan masing-masing Negara pun menyatakan akan melakukan langkah apapun untuk mencegah perlambatan ekonomi.


Dalam pertemuan yang berlangsung di Horsham,Selatan London, Inggris ini terdapat lima agenda yang menjadi prioritas kerja yang akan dibahas oleh Negara-Negara G20 untuk menghadapi krisis global terparah sejak resesi yang terjadi pada tahun 1930. Poin- poin yang menjadi prioritas dalam agenda pertemuan London Summit yaitu;


1. Meninkatkan Transparansi dan Akuntabilitas

Dalam hal ini terkait dengan standar global accounting dan laporan keuangan.Salah satu indikasi terjadinya krisis global, yaitu karena kurang ketatnya pengaturan keuangan Negara-Negara dunia, hal ini pun telah diperdebatkan sebelum London Summit ini di laksanakan. Atas dasar ini pula kemudian di tetapkanlah Accounting Standards Board (IASB) yang kemudian akan di bentuk pula pengatur standar finansial lain.


2. Memperketat Peraturan

Sangat jelas dapat di lihat bahwasanya krisis global yang terjadi merupakan dampak dari lemahnya peraturan dari berbagai aspek finansial yang ada, oleh sebab itulah dalam pertemuan London Summit menekankan bahwasanya peraturan- peraturan yang berlaku harus di perketat. Tujuan dari di berlakukannya hal ini yaitu salah satunya untuk meningkatkan struktur finansial secara menyeluruh, hal ini di dapat ketika peraturan yang berlaku ini bersifat memperbaiki yang bersifat stabil terhadap pasar financial.


3. Mempromosikan Integritas Pasar Finansial

Salah satu aspek yang memiliki pengaruh kuat terhadap terjadinya krisis global yaitu tentang lemahnya integritas yang di miliki oleh pemerintahan suatu Negara. Ketika nilai mata uang suatu Negara jatuh maka sebaliknya publikasi yang di lakukan pun sesuai dengan fakta yang ada. Penyeimbangan nilai mata uang sesungguhnya bukan hanya di lakukan oleh pemerntah ataupun oleh pihak BANK saja namun sangat banyak aspek yang mempengaruhinya, maka dari itu sudah seharusnya bila integrasi pasar finansial di lakukan dan di perkuat oleh Negara - Negara dalam konteks ini Negara- Negara G20 lah yang menjadi subjeknya.Dalam konteks ini Negara- Negara G20 menandainya dengan bergabung pada Forum Stabilitas Keuangan (FSF).


4. Memperkuat Kerjasama Internasional

Dalam menangani dinamika dan permasalahan internasional sangatlah sulit bagi sebuah Negara untuk menjalankan dan menyelesaikannya tanpa dukungan dan kerjasama dengan Negara lain. Disini meskipun masalah krisis global merupakan masalah domestik suatu Negara, namun seperti yang tertuang dalam sistem Bretton Woods bahwasanya kini telah ada badan yang menaungi dan membantu Negara- Negara ketika memiliki kendala dalam perekonomiannya. Karena alasan - alasan itulah sudah semestinya Negara - Negara yang disini Negara - Negara G20 memperkuat integritasnya dalam menghadapi krisis global.


5. Reformasi Institusi Finansial Internasional

Intitusi yang dimaksud disini adalah seperti apa yang di sebutkan dalam perjanjian Bretton Woods yaitu IMF, World BANK dan BANK Central. Reformasi yang dimaksud disini yaitu agar institusi- institusi tersebut dapat dengan benar- benar mewujudkan tujuannya sebagai badan keuangan dunia bukan badan keuangan yang menguntungkan sejumlah pihak saja.

2.2.1 Hasil London SummitSebagai Tanda Berakhirnya sistem Kapitalisme

KTT G20 atau yang disebut London Summit bisa dikatakan sebagai satu forum internasional yang berhasil yang selain juga menjadi forum yang menandakan telah berakhirnya keberlangsungan sistem kapitalisme. Kanselir Jerman Angela Markel menyatakan bahwa London Summit merupakan sebuah “Kompromi Historis” sedangkan PM Inggrin Gordon Brown mengatakan bahwa “Berakhir sudah Konsensus Washigton pada London Summit ini”.


Secara umum terdapat tujuh poin penting yang disetujui dalam London Summit ini, ketiganya adalah :


1. Dukungan perbankan;

2. Penyaluran dana moneter lebih banyak untuk dana moneter internasional, yang bertujuan pula untuk memulihkan ekonomi global dari resesi 2010. Dalam forum ini pula di harapan dengan langkah- langkah stimulus yang di tetapkan akan meningkatkan output lebih dari 2% dan akan membuka pula dua puluh juta lapangan pekerjaan baru diseluryh dunia;

3. Akses lebih besar di berikan kepada Negara berkembang; 4. Memperketat sektor keuangan;

5. Menghapus Tax Heaven;

6. Pembatasan bonus bagi eksekutif perusahaan; 7. Kesepakatan membantu Negara berkembang.

7. adanya alokasi dana sebesar 1 triliun $ Amerika Serikat kepada IMF yang akan di tuukan kepada Negara berkembang dalam menghadapi krisis global.


Ketika melihat hasil keputusan serta sistematika pembagian tugas dalam forum ini pula dapat di lihat bahwa bukan hanya Negara maju yang ber paham kapitalisme saja yang mengambil banyak peran, namun Negara- Negara berkembang justru memegang peran penting. Terlepas dari anggota G7, China dalam London Summit memegang peran yang sangat besar disini, hal ini terbukti dengan pernyataan Presiden China Hu Jin Tao yang bersedia bekerjasama, disebutkan pula bahwa China memiliki cadangan devisa 1, 9 triliun $ Amerika Serikat dan menyatakan akan tetap membeli suarat utang dari Amerika Serikat.


Disamping itu pula tanda bahwa berakhirnya kapitalisme disini dapat di lihat ketika kepentingan semua Negara terakomodasi dan juga pendayagunaan kapabilitas seluruh Negara peserta terpakai bukan hanya Negara- Negara yang biasanya mendominasi forum dan juga keputusannya. Negara- Negara berkembang terutama disini menjadi subjek utamanya, salah satunya dengan bantuan yang akan di peroleh dari IMF. Dalam forum ini pula menunjukkan bahwa legitimasi IMF semakin kuat di mata internasional.


Secara umum G20 memang belum dapat berkontribusi apapun dalam upaya pemulihan kondisi perekonomian dunia atas dampak dari krisis global, namun tindakan- tindakan dan formula- formula baru telah tercipta dalam forum ini. Gordon Brown pun menyatakan “G20 memang tidak mengatasi krisis global secara instan, tapi kami telah menghasilkan langkah pemulihan”.




BAB III

PENUTUP



3.1 Kesimpulan

Masalah yang sedang di hadapi oleh dunia internasional kini yaitu mengenai masalah lemahnya perekonomian sebagai dampak dari krisis global. Berbagai upaya di lakukan untuk mengatasi masalah krisis global ini. Negara dalam menghadapi permasalahan ini tidak bisa bekerja seorang diri namun memerlukan kerjasama dengan Negara- Negara di dunia.


Group 20/ G20 merupakan forum Negara- Negara maju dan berkembang yang mempunyai tujuan untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah- masalah dalam dinamika perekonoomian internasional. Disini G20 memiliki kesadaran tinggi untuk menemukan solusi- solusi dalam menghentikan krisis global ini. Realisasi atas hal ini yaitu dengan di adakannya pertemuan yang merupakan kelanjutan dari Summit on Financial Markets and the World Economy yang berlangsung pada tanggal 14- 15 November 2008 di Washington, Amerika; pertemuan yang kemudian memunculkan ungkapan “era baru” adalah London Summit yang berlangsung pada tanggal 2-4 April 2009 di London.


Dalam pencapaian kesepakatan yang dihasilkan di London Summit banyak tokoh yang menyatakan bahwa forum ini merupakan indikasi dari berakhirnya satu sistem kolonialisme. Secara sederhana hal ini dapat di jelaskan dengan terakomodasinya kepentingan dan kapabilitas kerja semua Negara anggota nya bukan hanya sebagian Negara- Negara yang biasanya melakukan dominasi.


Daftar Pustaka


Buku :

Krugman, Paul R & Maurice Obstfeld. 2005. Ekonomi Internasional. Jakarta: PT. Indeks Kelompok GRAMEDIA.

DR. Yani, Yanyan M & DR. Perwita, Agung B. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.


Jurnal :

ACCA Jurnal 20 Maret 2009. “The G-20 Summit, April 2009”.

G20 Reserch Group, February 21st 2009.


Koran :

Kompas, 16 februari 2009.

Kompas, 16 Maret 2009.

Kompas, 28 Maret 2009.

Kompas, 31 Maret 2009.

Kompas, 3 April 2009.

Kompas, 4 April 2009.

Kompas, 5 April 2009.

Kompas, 18 April 2009.

Seputar Indonesia, 30 Maret 2009.

Seputar Indonesia, 8 April 2009.


Website :

G20, Manipestasi Kapitalisasi Ekonomi Modern.

G20 Ekonomi Utama.


Klik Di Sini :

Download